Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah di STSN, Sekolah Tinggi Sandi
Negara dengan sebelumnya menyingkarkan Dika sebagai calon mahasiswa.
Haha...mungkin ini kesalahannya, mengapa mengajak aku untuk ikutan daftar.
Dengan ini pula 1 target dari 100 target yang ku tulis di atas 2 lembar kertas
ku coret dengan tinta merah. Ya... kuliah dengan schoolership full ditambah
biaya hidup.
Dika sendiri diterima di STPI, Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, dengan
masa pendidikan 18 bulan tanpa alat komunikasi. Wew, 18 bulan tanpa pegang
handphone...semoga kamu diberi kesabaran ya nak...amin...Mungkin lebih tepatnya
kursus jadi teknisi. Namun sampai saat ini dia belum juga masuk kampus.
Asror dan Topan nasibnya berlabuh tak berbeda dengan kakak2 kelas kami
sebelumnya. Ya, di UIN Syarif Hidayatullah. Asror di fakultas tarbiyah jurusan
matematika dan Topan di fakultas yang sama di jurusan sejarah peradaban islam.
Marwan harus pergi meninggalkan keluarga, Noni dan Ghina ke Bandung,
tepatnya di ST telkom. Targetnya masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara pupus
dan sekalipun ada kesempatan ke dua dia tidak lagi berminat karena status
kedinasannya yang akan dicabut.
Rafi melanjutkan di perguruan tinggi swasta dengan spesialisasi komputer,
lebih khusus lagi dibidang sistem informasi. Dan menjadi penggerak dakwah di
sana, mantab deh buat rafi...lanjutkan.....!!
Toha adalah yang paling makmur, toha masih suplier kebutuhan logistik
Al-Qodhut. Dia kuliah sekaligus magang di perusahaan asuransi yang namanya
cukup familiar. Karena itu setiap bulan dapet gaji pula...asyik nian...
Dan the last Al-Qodhut adalah sobatku yang senantiasa santai dalam kondisi
melarat sekalipun. Dan memang nasibnya tak sebaik kami semua. Hingga saat ini
dia belum juga memulai kuliahnya. Dalam satu tahun ini ia sempat bekerja di
beberapa tempat . dan sekarang dia gawe di perusahaan asuransi rival dari
tempat Toha bekerja. Khususnya di bagian marketing.
Lalu bagaimana dengan para pujaan hati Al-Qodhut? Haha...
Ya...untuk pujaan hatiku yang pertama...tak usah di sebut namanya ya...nasibnya
tak seindah yang dijalaninya dengan Hera. Sekarang dia harus bekerja sebagai
waiters di pasar swalayan. Tapi, yang membuatku miris adalah dia harus melepas
jilbabnya. Oh Tuhan...duhai Allah...begitu cepat manusia berubah. Dan statusnya
dengan Hera, maaf saya tidak up date...
Begitu pula dengan pujaan hatiku yang kedua...cie...cie...tak usah juga
disebut namanya. kabar bangau terakhir dia bekerja di swalayan juga...saya jadi
merasa bersalah...huh...dua-duanya gak kuliah.
Dan pujaan hati Topan dan Asror merantau ke Solo, di UNS universitas negeri
solo jurusan agronomi. Belajar tanah, cacing, tumbuhan, dan sayuran gak
ketinggalan juga bumbu-bumbunya...buat masak...hehehe...terakhir aku bertemu
dengan Lais, dia jadi aktifis dakwah dikampusnya. Penampilannya semakin
muslimah dan nampak akhwat. Namun sayang, baik Asror maupun Topan tak ada yang
beruntung, karena pilihannya jatuh pada orang lain meskipun masih tanpa status.
Hahay...dan dengan sang pemuja sang pemain drama, kini ia singgah di kampus
muhammadiyah ahmad dahlan bidang minat akuntansi. Setelah sebelumnya melepas
tawaran pekerjaan dengan gaji awal yang terbilang cukup besar, namun dengan
syarat harus melepas jilbabnya. Subhanallah....salut deh sama Noni. Semoga
tetap istiqomah ya...amiin...hmmm tapi apa gak mau berpaling ke Aa badi atau ke
Aa Musa gitu...hehe...ngarep.
Sobat, menjalani hidup tanpa agama emang susah, tapi lebih susah lagi kalo
ngejalanin agama tanpa hidup...hehe...
Janji Allah emang nyata. Setahun sudah berlalu dengan banyak yang tertulis
sekaligus mengubah kondisi dan situasi hidup kita. Namun yang paling berkesan
adalah kata-kata yang seperti ini, “siapa yang menanam maka dia yang akan
menuai hasilnya” ini emang merupakan hukum rimba, maksud saya sunnatullah.
Bukannya merasa paling hebat, tapi ya emang ketika kita banyak berkorban untuk
orang lain, maka kita telah menjadi muslim yang baik jadi Allah gak segen mau
nolong kita. Coba deh kita flasback setahun lalu. Meskipun waktu itu belum
kelihatan hasil dari apa yang kita perjuangin demi lulus UAN dan UAS dan demi target PTN, tapi sekarang
temen-temen udah bisa liat hasilnya. Mungkin emang tidak sesai dengan yang kita
inginkan, tapi coba kita pikirkan lagi. Allah memberikan apa yang kita butuhkan
bukan yang kita inginkan. So tetap lakukan yang terbaik.
Dan buat kita yang sewaktu orang lain begadang siang dan malam sedangkan
kita malah santai, molor dan jalan-jalan gak karuan, ya silahkan nikmatin pula keadaan
kita sekarang. Kembali lagi “apa yang kita tanam maka itulah yang kita tuai”
kalo bahasa komputernya sampah masuk maka sampah pula keluarnya. Komputer emang
gak pernah bohong...!! hehehe...
Sob, ane merasa bersyukur
ketika Allah SWT menunjuk sekolah samrel ini menjadi sekolahku selanjutnya,
karena begitu banyak kisah dan juga kasih...hehe yang ku alamai di sini. Tapi
yang paling seru emang kisah cinta dan kasih sayang. Emang ya manusia itu
makhluk sosial, tapi sosial ya hanya dalam hal-hal kayak gini. Coba kalo lagi
banyak uang, sifat sosialnya hilang berubah menjadi so-sial deh...hahahaha