Selasa, 24 Juni 2014

me and my self (aku terlalu takut pada masa depan)



Hai kawan, aku ingin berbagi bahagia dengamu. Kabar bahagia itu adalah sedikit demi sedikit semangat mengahafalku muncul lagi. Alhamdulillah, rencana kita sepertinya berhasil. Targetku satu minggu, setelah itu aku mulai menghafal lagi dari awal. Mudah-mudahan dalam jangka waktu satu minggu itu semangat yang tercecer bisa kembali terkumpul. Aku takjub dengan metode ini, selamat kawan. Kita sudah menemukan cara lain untuk mengatasi diri kita sendiri. Keywordnya adalah “mulailah dengan hal yang ringan dahulu…” yang dengan begitu, beban yang selama ini menjadi sumber kecemasanku hilang, dan aku lebih mudah untuk memulai membaca Al-Qur’an. Dengan sendirinya, muncul keinginan untuk mulai menghafal lagi. Tak peduli walau harus mengulang dari surat Al-Fatihah. Aku juga jadi mengerti dengan tulisan rando kim dari buku yang aku baca kemarin tentang bunga yang merekah lebih dulu, dan ada juga yang merekah belakangan. Semua sudah ada waktunya. Aku juga mengerti bahwa lebih cepat belum tentu lebih baik. Selalu ada maksud mengapa ada yang dimudahkan, tapi ada juga yang terlihat sangat sulit. Semua itu akan menentukan kualitas.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah kawan. Semoga Allah memberikan keistiqomahan kepadamu kawan. Kalau begitu teruskan kawan. Aku ingin mendengarmu membaca Al-Qur’an setiap waktu, sesering mungkin. Agar aku juga tenang.
Yups, insyaAllah. Mudah-mudahan kawan. Aku juga mengerti bahwa selama ini aku terlalu takut dengan masa depan. Cemas, aku begitu cemas dengan masa depan. Padahal masa depanku ditentukan oleh hari ini. dan kalau aku memanfaatkan waktu dengan baik hari ini, tentu masa depanku juga baik bukan? Ohya, aku juga mendapat pelajaran baru hari ini. buku berikutnya yang kubaca. Buku itu bagus. Nyatanya, kita ini begitu bodoh. Saking bodohnya kita tidak mampu melihat kebahagiaan yang sudah ada di depan kita, bahkan sedang kita nikmati. Aku terinspirasi dengan cerita nelayan dan pengusaha. Dan kau juga sudah tau bukan? Kau tau siapa yang sebenarnya bahagia di antara mereka, ya nelayan yang hanya memiliki perahu kecil itulah yang sebenarnya bahagia. Dan si pengusaha itu, itulah manusia yang bodoh itu. Dan mungkin beberapa waktu yang lalu, akulah pengusaha itu. Kini aku mengerti, aku hanya perlu menyelesaikan satu halaman setiap hari, itulah yang seharusnya aku lakukan dan aku pikirkan. Bukannya malah terus-menerus memikirkan beratus-ratus halaman Al-Qur’an yang baru selesai dalam jangka waktu di atas 3 tahun. Yang selama ini aku bayangkan adalah, aku baru bisa bernafas lega setelah aku hafal 30 juz secara sempurna. Tapi aku lupa, bahwa 3o juz itu terdiri dari halaman-halaman yang aku hafalkan setiap harinya. Baiklah kawan, itu dulu untuk malam ini. Aku belum makan malam. Kau juga belumkan, kalau begitu ayo kita makan malam berdua.
Ayolah kalau begitu…nyum-nyum…