Hai kawan, aku ingin berbagi
bahagia dengamu. Kabar bahagia itu adalah sedikit demi sedikit semangat
mengahafalku muncul lagi. Alhamdulillah, rencana kita sepertinya berhasil.
Targetku satu minggu, setelah itu aku mulai menghafal lagi dari awal.
Mudah-mudahan dalam jangka waktu satu minggu itu semangat yang tercecer bisa
kembali terkumpul. Aku takjub dengan metode ini, selamat kawan. Kita sudah menemukan
cara lain untuk mengatasi diri kita sendiri. Keywordnya adalah “mulailah dengan
hal yang ringan dahulu…” yang dengan begitu, beban yang selama ini menjadi
sumber kecemasanku hilang, dan aku lebih mudah untuk memulai membaca Al-Qur’an.
Dengan sendirinya, muncul keinginan untuk mulai menghafal lagi. Tak peduli
walau harus mengulang dari surat Al-Fatihah. Aku juga jadi mengerti dengan
tulisan rando kim dari buku yang aku baca kemarin tentang bunga yang merekah
lebih dulu, dan ada juga yang merekah belakangan. Semua sudah ada waktunya. Aku
juga mengerti bahwa lebih cepat belum tentu lebih baik. Selalu ada maksud
mengapa ada yang dimudahkan, tapi ada juga yang terlihat sangat sulit. Semua
itu akan menentukan kualitas.
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah kawan. Semoga Allah memberikan keistiqomahan kepadamu kawan. Kalau begitu
teruskan kawan. Aku ingin mendengarmu membaca Al-Qur’an setiap waktu, sesering
mungkin. Agar aku juga tenang.
Yups, insyaAllah. Mudah-mudahan
kawan. Aku juga mengerti bahwa selama ini aku terlalu takut dengan masa depan.
Cemas, aku begitu cemas dengan masa depan. Padahal masa depanku ditentukan oleh
hari ini. dan kalau aku memanfaatkan waktu dengan baik hari ini, tentu masa
depanku juga baik bukan? Ohya, aku juga mendapat pelajaran baru hari ini. buku
berikutnya yang kubaca. Buku itu bagus. Nyatanya, kita ini begitu bodoh. Saking
bodohnya kita tidak mampu melihat kebahagiaan yang sudah ada di depan kita,
bahkan sedang kita nikmati. Aku terinspirasi dengan cerita nelayan dan
pengusaha. Dan kau juga sudah tau bukan? Kau tau siapa yang sebenarnya bahagia
di antara mereka, ya nelayan yang hanya memiliki perahu kecil itulah yang
sebenarnya bahagia. Dan si pengusaha itu, itulah manusia yang bodoh itu. Dan
mungkin beberapa waktu yang lalu, akulah pengusaha itu. Kini aku mengerti, aku
hanya perlu menyelesaikan satu halaman setiap hari, itulah yang seharusnya aku
lakukan dan aku pikirkan. Bukannya malah terus-menerus memikirkan beratus-ratus
halaman Al-Qur’an yang baru selesai dalam jangka waktu di atas 3 tahun. Yang
selama ini aku bayangkan adalah, aku baru bisa bernafas lega setelah aku hafal
30 juz secara sempurna. Tapi aku lupa, bahwa 3o juz itu terdiri dari
halaman-halaman yang aku hafalkan setiap harinya. Baiklah kawan, itu dulu untuk
malam ini. Aku belum makan malam. Kau juga belumkan, kalau begitu ayo kita
makan malam berdua.
Ayolah kalau begitu…nyum-nyum…