Dikutip dari kitab
ihya uumuddin karangan imam ghozali. Dalam kitabnya ia mengelompokkan hati
menurut keadaannaya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Qalbun Salim
2. Qalbun Maridh
3. Qalbun Mayyit
Sekarang nyok
sama-sama kita lihat deskripsi dari ke tiga macam keadaan hati ini:
Nyang pertama, Qalbun salim. Ini
adalah hati milik para mu’minin kenapa? Karena hati yang salim atau dalam
bahasa indonesianya adalah hati yang selamat senantiasa terpelihara dari
penyakitnya. Bagaimana caranya supaya hati kita terpelihara? Semasa SMA saya
pernah mendapat nasihat dari Sang Guru, ia berkata hati orang beriman itu
ibarat pelita. Setelah sekian lama pasti pelita itu akan redup seiring habisnya
minyak sebagai bahan bakar. Itulah hati kita, seiring dengan banyaknya
rong-rongan hidup di dunia kepekaan terhadap dosa akan berkurang. Nah bagaimana
untuk menjaganya? Caranya dengan melakukan amalan sunnah. Amalan wajib saja
tidak cukup untuk menjaga hati kita agar tetap terpaut pada Allah SWT. Amal
sunnah seperti sholat rawatib, puasa sein kamis, menbaca sholawat akan menjaga
kadar keimanan di hati kita. Jika di ibaratkan battery maka amal sunnah inilah chargernya.

Dan nyang ketiga inilah yang menakutkan,
qalbun mayyit. Hati yang mati. Sebagamana mayyit yang kehilanga fungsi indra
nya yang begitulah sikap hati yang mati ini. Punya telinga tidak mendengar,
punya mata tidah melihat, punya hidung tidak mampu mencium, dan punya hati
tidak bisa merasakan keberadaan jiwanya. Hati yang seperti ini tidak lagi mampu
merasakan kegelisahan karena dosa, keresahan karena jauh dari Allah, dan
kenikmatan melakukan perbuatan baik. Bagi kita yang memiliki hati yang selamat
(amiiin, insya Allah) pasti akan sangat merasa tidak nyaman jika satu hari tdak
membaca Al-Qur’an dan merasa kepuasan tersendiri setelah menolong orang lain.
Hidup orang yang hatinya sudah mati akan terasa hambar
karena memang tidak ada lagi perasaan batin yang ia rasakan entah itu
kebahagiaan, kesedihan, cinta, cemburu, dll. Seperti anada makan samba tapi
tiadk pedas, mengemut permen tadi tidak ada rasanya, makan makanan mahal
sekalipun akan tetap sama rasanya yaitu tawar. Coba bayangkan anda menjadi
orang yang demikian. Betapa hampa dan menyedihkannya hidup ini. Tak ada lagi
gejolak hati yang mewarnai hari-hari dalam hidup kita, Seperti robot. Tak ada lagi air mata duka dan bahagia. Tak
ada lagi senyum yang bermakna dan meresap kedalam hati. Ketika dia menyakiti
seseorang maka ia tidak bisa mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh orang
lain. Hidupnya hanya akan diisi oleh kebimbangan yang mengombang-ambingnya tiada
akhir. Kalau sudah begini hanya Allah yang mempu menyadarkannya dengan
menurunkan hidayahnya.