Rabu, 29 Februari 2012

Tingakatan Hati


Dikutip dari kitab ihya uumuddin karangan imam ghozali. Dalam kitabnya ia mengelompokkan hati menurut keadaannaya dibagi menjadi tiga, yaitu:
1.       Qalbun Salim
2.       Qalbun Maridh
3.       Qalbun Mayyit

Sekarang nyok sama-sama kita lihat deskripsi dari ke tiga macam keadaan hati ini:
Nyang pertama, Qalbun salim. Ini adalah hati milik para mu’minin kenapa? Karena hati yang salim atau dalam bahasa indonesianya adalah hati yang selamat senantiasa terpelihara dari penyakitnya. Bagaimana caranya supaya hati kita terpelihara? Semasa SMA saya pernah mendapat nasihat dari Sang Guru, ia berkata hati orang beriman itu ibarat pelita. Setelah sekian lama pasti pelita itu akan redup seiring habisnya minyak sebagai bahan bakar. Itulah hati kita, seiring dengan banyaknya rong-rongan hidup di dunia kepekaan terhadap dosa akan berkurang. Nah bagaimana untuk menjaganya? Caranya dengan melakukan amalan sunnah. Amalan wajib saja tidak cukup untuk menjaga hati kita agar tetap terpaut pada Allah SWT. Amal sunnah seperti sholat rawatib, puasa sein kamis, menbaca sholawat akan menjaga kadar keimanan di hati kita. Jika di ibaratkan battery maka amal  sunnah inilah chargernya.
Lalu yang kedua yaitu qalbun maridh alias hati yang sakit. Apa yang terjadi dengan hati yang sakit? Ya sudah barang tentu hatinya dipenuhi oleh penyakit antara lain, ujub, sum’ah, tiya, dengki, dan saudara-saudaranya. Nah untuk mengembalikan hati yang seperti ii memang agak sulit karena harus ada faktor eksternak yang membuat seseorang yang menderita penyakit hati ini sadar akan kesalahannya dan bertaubat. Misalnya musibah yang menimpanya, kehilangan uang atau barang berharganya dan lain-lainnya. Positifnya yaitu orang yang hatinya sakit sekalipun buruk tetap bisa merasakan gelisah tatkala ia melakukan dosa dan kemungkinan untuk kembali ke jalan yang benar masih terbuka. Kasarnya di salam hati orang ini masih ada keinginan untuk bertaubat.

Dan nyang ketiga inilah yang menakutkan, qalbun mayyit. Hati yang mati. Sebagamana mayyit yang kehilanga fungsi indra nya yang begitulah sikap hati yang mati ini. Punya telinga tidak mendengar, punya mata tidah melihat, punya hidung tidak mampu mencium, dan punya hati tidak bisa merasakan keberadaan jiwanya. Hati yang seperti ini tidak lagi mampu merasakan kegelisahan karena dosa, keresahan karena jauh dari Allah, dan kenikmatan melakukan perbuatan baik. Bagi kita yang memiliki hati yang selamat (amiiin, insya Allah) pasti akan sangat merasa tidak nyaman jika satu hari tdak membaca Al-Qur’an dan merasa kepuasan tersendiri setelah menolong orang lain.
Hidup orang yang hatinya sudah mati akan terasa hambar karena memang tidak ada lagi perasaan batin yang ia rasakan entah itu kebahagiaan, kesedihan, cinta, cemburu, dll. Seperti anada makan samba tapi tiadk pedas, mengemut permen tadi tidak ada rasanya, makan makanan mahal sekalipun akan tetap sama rasanya yaitu tawar. Coba bayangkan anda menjadi orang yang demikian. Betapa hampa dan menyedihkannya hidup ini. Tak ada lagi gejolak hati yang mewarnai hari-hari dalam hidup kita, Seperti robot.  Tak ada lagi air mata duka dan bahagia. Tak ada lagi senyum yang bermakna dan meresap kedalam hati. Ketika dia menyakiti seseorang maka ia tidak bisa mengerti rasa sakit yang dirasakan oleh orang lain. Hidupnya hanya akan diisi oleh kebimbangan yang mengombang-ambingnya tiada akhir. Kalau sudah begini hanya Allah yang mempu menyadarkannya dengan menurunkan hidayahnya.

Senin, 27 Februari 2012

Bahaya berkhalwat bagi HATI


Kita gak pacaran kok, kita cuma jalan-jalan doang.
Begitulah kira-kira pembelaan diri remaja saat ini. Tapi kawan, apakah kita sadar bahwa apapun status kia dengan lawan jenis kita. Entah itu teman, kawan, sahabat, apalagi pacar kalau berkhalwat alias berdua-duan tetap akan menyisakan kesan tersendiri di hati. Percaya atau gak saya udah survei langsung ke pelakunya. Dan pelakunya mengakui hal itu.

Analoginya begini, baju putih polos yang masih baru lalu kita cemplungin baju itu ke lumpur terus kita angkat dan kita cuci lagi, cuci lagi, cuci lagi, cuci lagi sampai tangan kita sengkleh! Apakah putihnya akan kembali seperti semula? Buat orang yang udah sering nyuci pasti tahu jawabannya yaitu TIDAK. Dan buat yang belum nyuci silahkan coba sendiri. Nah posisikan baju putih itu hati kita dan lumpur itu sebagai perilaku berkhalwat.

- Kalo rame-rame gimana?
Memang kalo rame-rame semua intensitas bentuk komunikasi kita dengan lawan jenis akan berbeda dengan hanya berduaan. Namun ada yang perlu diingat kawan. Hati manusia itu sensitif, maksudnya apa yang tidak dilihat oleh mata, apa yang tidak didengar oleh telinga, apa yang tidak tercium oleh hidung, apa yang tidak terasa oleh kulit, bisa dirasakan oleh hati. Mau lihat contohnya?
Begini, anda jalan bersama-sama dengan teman anda 4,5,6 orang atau lebih. Nah tentunya ada saat-saat tertentu yang berlawanan jenis di antara kalian saling berpandangan, saat itulah hati anda akan bermain. Tatapan yang biasa-biasa saja mungkin akan diterjemahkan menjadi pandangan khusus yang akan memberikan bekas di hati. Masih kurang? Pendapat saya ini diperkuat dengan firman Allah SWT dalam QS.Ali-Imran ayat 14. Coba buka Qur’annya, baca dan pikirkan apakah pernah anda alami apa yang disebutkan dalam ayat tersebut.

Sobat, hati merupakan indra yang tidak terlihat tapia hati bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata, begitupun dengan telinga, hidung, dan indra sentuh seperti kulit. Bahayanya lagi, hati akan sangat menguasai emosional kita dikala kita tengah lengah.

Kawan, hati kita itu seperti anak kecil yang polos. Ketika kita berikan nasihat yang baik kepada anak itu maka anak itu akan menjadi anak yang baik. Ketika kita racun dengan hal-hal yang buruk maka anak itu bisa lebih jahat dan merugikan orang tua serta lingkungannya. Karena itu sobat jagalah hati kita dari hal-hal yang meskipun kelihatannya tidak masalah ternyata bisa menjadi masalah.
Dua pembelaan kita diatas tentunya sering kita alami. Misalnya sekedar jalan-jalan ke mall, makan bareng, atau mungkin belajar kelompok dan mengerjakan tugas.
- Memang apa sih bahayanya bagi hati? Toh gak ada perasaan suka atau cinta setelah itu.
Lagi-lagi pendapat diatas benar, tapi lihatlah sobat apa yang terjadi pada hati kita. Seperti baju putih tadi. Sekalipun kelihatannya masih putih namun tidak sesempurna saat baru.

- Cuma itu? toh gak mempengaruhi kita?
Eits nanti dulu. Kalau hanya sekali dua kali memang tidak memeberikan efek yang nampak jelas. Namun pertemuan pertama sudah menjadi bibit dari lahirnya pertemuan-pertemuan selanjutnya. Saat kita merasa asyik berkumpul dengan seseorang maka secara alamiah akan ada dorongan untuk berusaha mengulangi moment yang sama. Artinya suatu saat pasti akan ada kemungkinan jalan-jalan bareng lagi, lagi , dan lagi. 
 Nah kalau udah sesering itu, apa masih tidak memberikan effek?

- Kan kita gak pacaran? Jadi kita gak bakal berbuat yang aneh-ane dong!
Kawan, apa bedanya orang pacaran diiringi dengan perbuatan yang amoral dengan berteman disertai perbuatan yang amoral pula? Jelas tidak ada bedanya. Jadi sobat jangan tertipu oleh status belaka. Memang bisa terjadi kalua hanya teman. Jelas bisa. Disinilah letak penyakit yang menyerang hati. Hati tak bisa lagi merasakan gelisah akibat dosa sehingga kita akan nyaman-nyaman saja berbuat nista.

Kawan, pada intinya berkhalwat atau tidak, apapun bentuk komunikasinya selama itu dilakukan bersama lawan jenis akan membawa effek tersendiri bagi hati kita dimana effek itu tentunya bukan efek yang positif.
Sekedar tambahan supaya kita paham dengan sifat hati kita, begini ada satu cewek dan cowok. Dahulu mereka pernah pacaran lalu karena suatu sebab mereka buerdua putus. Nah pertanyaan saya adalah “Apakah rasa dihati mereka akan hilang begitu saja setelah mereka putus?” tentu tidak kecuali untuk orang-orang yang hanya mencari kepuasan syahwat belaka. Begitulah sobat bagaimana hati kita menerima dan menyikapi tingkah kita.

Wallahu’alam.