Senin, 23 Februari 2015

Sebuah Penantian: Indonesia Sejahtera, Sebuah Masa Lalu: Indonesia Merdeka

Saudaraku, tulisan ini sebagai refleksi keadaan negeri kita yang sedang carut marut. Dahulu, entah apa yang memotivasi para pahlawan bangsa untuk mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan, jika pada masa berikutnya, setelah 70 tahun merdeka apakah ini yang diharapkan oleh sang pahlawan?

Saudaraku, melihat kondisi indonesia seperti ini, apakah indonesia akan sejahtera dikemudian hari? atau hanya sebatas sebuah penantian?

Aku tidak akan mencari siapa yang salah atau siapa yang patut disalahkan, tapi berawal dari diri sendiri. semua ini adalah karena sifat dasar manusia, yaitu cenderung mengutamakan kepentingan pribadi. dibutuhkan kesadaran penuh untuk mengerti bahwa hidup kita mempengaruhi hidup orang lain, dan hidup orang lain mempengaruhi hidup kita. apa yang kita lakukan berimbas kepada orang lain dan yang orang lain lakukan berimbas pada kita.

Saudaraku, layaknya pahlawan kemerdekaan, dibutuhkan kemerdekaan untuk mencapai indonesia yang sejahtera, minimal pengorbanan untuk mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. ketahuilah saudaraku, hidup ini singkat tapi luas. lihatlah dimana posisimu ditengah-tengah masyarakat saat ini. lihatlah peranmu diantara peran orang-orang disekelilingmu, sadarilah betapa pentingnya keberadaanmu, sadarilah betapa berpengaruhnya perilakumu, ketahuilah dan sadarilah.

Jumat, 13 Februari 2015

Benarkah Pancasila tidak sesuai dengan syariat Islam?

Assalamu'alaikum, sobat.

Tulisan singkat ini adalah buah pemikiran saya sendiri, boleh setuju, boleh juga tidak.
Pancasila telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini. Dan tahukah kita bahwa 99% perumus pancasila adalah alim ulama?

Saudaraku, Islam memang menuntut penganutnya untuk militan dalam agama islam. Tapi, militan yang seperti apa dan bagaimana cara megimplementasikannya? saya tidak akan membicarakan hal itu di sini.

Yang saya ingin bahas adalah tentang "PANCASILA", pancasila memiliki lima sila yang diawali oleh sila "ketuhanan yang maha esa". kita sebagai muslim pasti menyayangkan atas terjadinya penghilangan kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya". Habib riziq juga sudah membahas dari sisi historis terjadinya penghapusan kalimat itu dalam bukunya "wawasan kebangsaan NKRI bersyariah".

Saudaraku, jika kita mendalami sila pertama ini, semua makna yang dilahirkan dari sila ini tidak ada yang bertentangan dengan syariat islam. islam tidak hanya tentang aqidah atau fiqih. tapi lebih dari itu, islam adalah agama yang mengajarkan akhlak dan kepribadian. bukankah Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, bukan hanya menyuruh sholat, puasa, dan ibadah mahdhoh lainnya.

Fenomena yang terjadi adalah terjadi penyelewengan terhadap pemaknaan nilai-nilai pancasila, khususnya sila pertama. ketuhanan dimaknai sebagai ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dll, bukan pada penerapannya nilai-nilai agama pada kehidupan sehari-hari. pemaknaan seperti adalah cikal bakal sekulerisme. banyak orang yang rajin bersedekah dari hasil korupsi. banyak orang yang rajin sholat tapi rajin juga melakukan KKN.

bersambung yah,

Senin, 09 Februari 2015

Hal kecil yang sering luput oleh para penghafal Al-Qur'an.

Assalamu'alaikum, sobat.

Semoga kita tetap berada dalam lingkungan Al-Qur'an dan semangat menghafal yang prima.
Saudaraku, banyak sekali penghafal al-qur'an yang dengan semangatnya menghafal al-qur'an sering luput dari hal-hal kecil yang ternyata sangat menentukan keberhasilan hafalannya. apakah itu? "Doa".

karena begitu semangatnya, seringkali seorang penghafal lupa mengawali muraja'ahnya dengan berdoa. sudah seharusnya kita berdoa kepada Allah karena al-qur'an adalah miliknya. al-qur'an adalah firmannya, dan Ia lah yang paling berhak menentukan siapa saja hambanya yang diizinkan untuk menjaga al-qur'an di dalam hatinya.

Berdoalah agar Allah menanamkan dengan kuat firmannya dalam sanubari kita. seberapapun giatnya kita berusaha, jika Allah tidak mengizinkan kita menghafalnya, niscaya kita akan dilupakan oleh Allah. oleh karena itu, pasrahkanlah usaha kita kepada Allah dan berdoalah agar Allah meridhoi kita.
Aamiin...

Wassalam,

Senin, 02 Februari 2015

Hikmah untuk penghafal Al-Qur'an, Sabar itu lebih berharga dari emas

Assalamu'alaikum, sobat.

Kita adalah calon keluarga Allah, sadarkah kalian bahwa itu adalah jabatan yang agung baik diantara manusia maupun para malaikat. Karena jabatan ahli Allah / keluarga Allah hanya diberikan kepada para nabi, dan syuhada. Siapa yang tidak ingin disandingkan bersama pada nabi dan syuhada?

Sobat, menghafal Al-Qur'an bukanlah proses yang mudah lagi singkat. Imam syafi'i, berwasiat bahwa untuk mendapatkan ilmu seseorang harus memiliki lima hal penting, salah satunya adalah "waktu yang lama." Sobat, tahukah artinya kalimat itu, ya, kita membutuhkan kesabaran yang luar biasa untuk menghafal Al-Qur'an.

Kebanyakan dari kita ada yang tidak sabar dalam menghafal, ingin segera menyelesaikan target hafalannya, sehingga tatkala kesulitan menderanya, ia jadi merasa frustasi dan gagal dalam menghafal. Padahal, itu adalah hal yang wajar. Pada kondisi yang demikian kita hanya perlu bersabar dan meneruskan hafalan kita. Janganlah terlalu risau dengan kemampuan menghafal kita. Lagi pula, sudah menjadi hak Allah untuk mengizinkan kita hafal atau tidak ayat-ayatnya.

Emas-emas yang berjejer di toko pinggir jalan nampak indah setelah melalui proses yang amat panjang. Dengan kesabaran dan usaha yang panjang barulah si penambang mendapatkan emas murni. Sedangkan yang kita kejar adalah Al-Qur'an, maka kesabaran yang harus kita curahkan harus lebih besar dari kesabaran yang dicurahkan seorang penambang emas. Karena itu kawan, kesabaran kalian lebih berharga dari pada emas.