Sabtu, 14 November 2015

Beasiswa Level Internasional untuk Masyarakat Bogor

Sekolah Bogor Raya (SBR) membuka kesempatan kepada masyarakat Bogor dan sekitarnya untuk merasakan pendidikan dengan kurikulum international secara gratis melalui jalur beasiswa. Sayangnya, jalur beasiswa yang disediakan oleh SBR belum berhasil ditembus oleh satu siswa pun sampai hari ini.

"Kita pernah melakukan tes, tapi belum ada yang berhasil lulus." kata Kepala SBR Andri Nurcahyani saat diwawancarai di Hotel Hayati Inn, Bogor (11/10).

sosialisasi yang dinilai kurang juga menjadi penyebab sedikitnya pendaftar jalur beasiswa. sehingga kompetensi siswa pendaftar kebanyakan masih di bawah rata-rata. Sejauh ini, beasiswa hanya diberikan kepada keluarga karyawan SBR sebagai salah satu fasilitas.

SBR merupakan sekolah berbasis ICT yang menggunakan kurikulum nasional dan internasional, sehingga lulusannya diakui di dalam dan di luar negeri. Mayoritas siswa SBR merupakan kalangan menangah ke atas, namun bukan berarti siswa kalangan bawah tidak dapat merasakan pendidikan berkualitas di SBR. Asalkan berhasil lulus tes beasiswa, maka siapapun dapat merasakan bersekolah di SBR.

Pendidikan berkualitas di Indonesia memang masih memasang harga tinggi, karena itu untuk mendapatkannya secara gratis harus dibayar dengan kompetensi yang berkualitas pula. informasi lebih lanjut di www.sekolahbogorraya.com.

Jumat, 13 November 2015

Bad News is Not Really Good News


Selogan “Bad News is Good News” seolah menjadi pakem yang diaminkan oleh hampir seluruh media massa. Hal ini tercermin dari persentase berita buruk yang dimuat oleh media baik cetak maupun online sangat tinggi.

Tapi apakah benar demikian? nyatanya tidak. Pada dasarnya berita memiliki nilai, antara lain keunikan/keganjilan, dan prestasi. Jadi tidak melulu soal keburukan.

Di sisi lain, masyarakat juga akan merasa gerah dengan berita-berita yang selalu negatif. Berita negatif hanya akan melahirkan stigma negatif dan akan berdampak pada tindakan yang negatif pula. Berita negatif sebaiknya hanya sebatas menjadi informasi dan harus disikapi dengan baik oleh masyarakat.

Masyarakat membutuhkan berita yang dapat mencerahkan, menginspirasi, dan mendidik. Dengan kata lain masyarakat lebih membutuhkan berita positif dari pada berita negatif. Dengan berita positif, masyarakat akan memiliki mindset yang positif sehingga akan melahirkan tindakan yang positif.

Memang tidak salah mengangkat berita negatif demi mendapat perhatian lebih banyak dari publik, namun sebagai jurnalis, jangan sampai hanya mengandalkan berita negatif untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat.

Parni Hadi telah memulai praktik jurnalis dengan sangat baik. Buahnya ia tuangkan menjadi sebuah ide “Jurnalisme Profetik”. Ia mengajarkan bahwa jurnalis tidak hanya tentang bagaimana memberikan informasi kepada masyarakat, tapi jurnalis juga berperan besar dalam membawa perubahan peradaban suatu bangsa.

Jurnalis di era digital memiliki tantangan yang lebih besar dari era sebelumnya. Jurnalis yang profesional mesti mentransformasi mindset. Jurnalis tidak sama dengan sekelompok penggandrung media sosial, para haters, atau artis yang membutuhkan popularitas.

Jurnalis memiliki tugas kerasulan, memberitakan kabar baik dan memberikan peringatan. Jadi tugas jurnalis jauh lebih mulia dari sekedar meliput dan menulis berita. Di tangan jurnalis, suatu bangsa menjadi baik atau buruk dan melalui tangan jurnalis juga kisah di pelosok negeri dapat dibaca di tengah kota.