Sabtu, 02 April 2011
Mu_Sa Al-KhawariZm: soldier of Allah
Mu_Sa Al-KhawariZm: soldier of Allah: "PEMBANTAIAN RAKYAT PALESTINA OLEH ZIONIS ISRAEL 1. pembantaian qabiyyah tentara israel sebanyak 600 orang menyisir habis dan meratakan des..."
Jumat, 01 April 2011
jalan hidup

bulat, segitiga, segi empat dan seterusnya...
bersama namun berbeda
seperti suatu ekosistem
aku tak paham dengan tempatku saat ini
aku tak mengerti dengan tujuanku disini
berpijak tapi tak menapak
berlari namun tak pernah sampai
seperti orang buta yang berjalan
ketika langkahnya terhalang, maka ia berbelok ke kiri atau ke kanan
atau kembali
itulah aku saat ini
seperti orang buta yang berjalan
karna gelap, aku tak tahu bahwa aku sedang berjalan di tengah kegealapan
aku hanya mamapu berharap,
ketika si buta ini diterangi oleh cahaya hatinya
tapi si buta ini bertanya,
"kapan hati ini akan bercahaya?"
butuh berapa lama lagi aku harus menatih kaki di tengah kegelapan ini.
ketika lelah, aku berhenti dan tubuhku roboh.
saat itulah hujan turun membasuh seluruh tubuhku.
membawa noda pada pakaianku dan memandikan daku yang kumuh dengan debu dan keringat.
disaat bola mata yang lemah ini hampir terpejam,
tetesan airnya menyapa dan menyadarkan mata yang buta ini.
kepala yang penat penuh dengan gelap perlahan-lahan diresapi air mustajab ini.
kurasakan ribuan tetesan kasih sayang tuhan ini mengalir diseluruh tubuhku.
ku hayati setiap jengkal bagian tubuhku sedikit-demi sedikit hidup,
hingga akhirnya perlahan-lahan aku mampu berdiri lagi.
hujan terus mengguyur tubuhku dan jalan gelap yang ku lalui,
hingga kurasakan air ini tak lagi ramah denganku.
terlebih ketika angin berhembus kian kencang.
ketika telinga inipun hampir tuli dibuat oleh petir yang menggelegar diatas kepalaku.
dadaku bergemuruh ketakutan.
garis-garis keriput di kulitku menjadi bukti betapa kuat tubuhku menggigil ketakutan.
sedang kilat dan peti tak hentinya menyambar membelah langit.
dada berddegup semakin kencang.
kepengecutanku meluap-luap menjalari dari ujung rambut sampai kaki.
sampai pada waktunya, mata buta ini untuk yang pertama kalinya mengeluarkan air mata.
semakin aku meringkuk takut di sudut jalan ini,
semakin deras hujan turun,
semakin kuat petir memekik telinga,
semakin banyak pula air mata ketakutan ini mengalir.
aku yang tak pernah melihat terangnya kilat,
perlahan mataku terang.
seiring semakin meluapnya ketakutanku, penyesalanku, mata ini perlahan-lahan memperoleh cahaya,
sampai aku mampu melihat.
dan untuk yang pertama kalinya,,,,
lisan ini mengucap
"SUBHANANALLAH, WAL HAMDULILLAH, WA LA ILAHAILLAH, ALLAHUAKBAR...."
CERITA CINTA
Tak ada manusia yang kerasan dengan hidup dalam kesendirian dan keterasingan. Seolah berbeda jenis dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Tak heran ketika ada seseorang yang membuka telapak tangannya walau hanya untuk sekedar berjabat tangan denganku secepat mungkin akan ku sambar tangan - tangan itu. Pribadi polos anak kelas satu SMA yang penyendiri menjadi tempat paling mudah untuk mencuri tempat. Semudah menghirup udara sejuk di tengah keheningan sunyi dan birunya pagi di atas lapangan sekolahku.
Hati yang biru, sebiru pagi ini seakan ruang kosong yang pintunya terbuka lebar menunggu bahkan mencari berkas sinar yang mampu menerangi hatiku. Tak adakah sinar itu di sini? Kemanakah aku harus mencari sinar itu? Menelisik penyebab kehampaan jiwa ku saat ini. Duduk, berdiri, berjalan, dan berlari dengan tatapan kosong.
Wajah berbatas jilbab putih membuka memori tiga tahun lalu, saat ku belajar di sekolah yang berdiri tepat di pinggir kali. Tempat awalku mencari arti hidup. Namanya Ani, teman satu kelasku saat masih di bangku kelas satu Madrasah Tsanawiyah, setingkat SMP.
Putih kulitnya bersaing dengan jilbab di kepalanya. Lekuk bibir merah yang di hiasi gigi gingsulnya menambah manis sunggingan senyumnya. Tatapan bening matanya menyemburatkan rasa tersendiri. Mancung hidungnya melengkapi kekuasaan Allah SWT di wajahnya.
Tegur sapa dengannya menghangatkan hari pagiku yang dingin. Bercakap dengannya mengingatkanku masa tiga tahun yang lewat begitu saja. Dengan tawa dan canda kuhabiskan pagi ini dengannya. Suara bel melengking tepat di atas kepala kami, memotong gurauan yang sangat kunikmati ini.

Kunikmati tanpa berpikir tentang ini semua. Mengikuti alur cerita dua orang muda-mudi pelajar SMA. Dan kuyakin kalian pasti tahu apa ujung alur ceritanya. Dan memang itulah yang menghampiri hari-hariku. Meracuni diri sendiri, tapi tak sadar bahwa racun yang sedang ku minum. Ternyata sangat sulit membedakan antara obat dengan racun. Dia, adalah racun yang menjadi obat untukku. Walaupun pahit, tapi tetap saja ku minum. Aah, tak tahukah kalian yang dirasakan orang saat jatuh cinta.
Tapi racun tetaplah racun, nyatanya racun tak bisa menjadi obat, apalagi sampai menyembuhkan. Yang namanya racun kerjanya untuk merusak dan membunuh apa yang teracuni. Dan racun ini merusak iman dan membunuh hatiku. Seharusnya ku ingat kata-kata guruku kepadaku saat pulang dari kajian. “ wanita itu jinak-jinak merpati ”, begitu katanya, namun ku tak mengerti apa arti kalimat itu. Dan yang ku alami ini mengajarkanku apa yang di sebut dengan jinak-jinak merpati.
Tak semua yang dianggap baik oleh mata manusia, baik menurut Tuhannya. Dan tak semua yang buruk di mata manusia, buruk juga menurut Tuhannya. Baik dan buruk hanya menurut Allah, manusia hanya makhluk yang memiliki sifat buruk dan baik itu.
Langganan:
Postingan (Atom)