Jumat, 01 April 2011

jalan hidup

1,2,3 dan seterusnya...
bulat, segitiga, segi empat dan seterusnya...
bersama namun berbeda
seperti suatu ekosistem

aku tak paham dengan tempatku saat ini
aku tak mengerti dengan tujuanku disini
berpijak tapi tak menapak
berlari namun tak pernah sampai

seperti orang buta yang berjalan
ketika langkahnya terhalang, maka ia berbelok ke kiri atau ke kanan
atau kembali
itulah aku saat ini
seperti orang buta yang berjalan
karna gelap, aku tak tahu bahwa aku sedang berjalan di tengah kegealapan
aku hanya mamapu berharap,
ketika si buta ini diterangi oleh cahaya hatinya
tapi si buta ini bertanya,
"kapan hati ini akan bercahaya?"
butuh berapa lama lagi aku harus menatih kaki di tengah kegelapan ini.

ketika lelah, aku berhenti dan tubuhku roboh.
saat itulah hujan turun membasuh seluruh tubuhku.
membawa noda pada pakaianku dan memandikan daku yang kumuh dengan debu dan keringat.
disaat bola mata yang lemah ini hampir terpejam,
tetesan airnya menyapa dan menyadarkan mata yang buta ini.
kepala yang penat penuh dengan gelap perlahan-lahan diresapi air mustajab ini.

kurasakan ribuan tetesan kasih sayang tuhan ini mengalir diseluruh tubuhku.
ku hayati setiap jengkal bagian tubuhku sedikit-demi sedikit hidup,
hingga akhirnya perlahan-lahan aku mampu berdiri lagi.

hujan terus mengguyur tubuhku dan jalan gelap yang ku lalui,
hingga kurasakan air ini tak lagi ramah denganku.
terlebih ketika angin berhembus kian kencang.
ketika telinga inipun hampir tuli dibuat oleh petir yang menggelegar diatas kepalaku.
dadaku bergemuruh ketakutan.

garis-garis keriput di kulitku menjadi bukti betapa kuat tubuhku menggigil ketakutan.
sedang kilat dan peti tak hentinya menyambar membelah langit.
dada berddegup semakin kencang.
kepengecutanku meluap-luap menjalari dari ujung rambut sampai kaki.


sampai pada waktunya, mata buta ini untuk yang pertama kalinya mengeluarkan air mata.
semakin aku meringkuk takut di sudut jalan ini,
semakin deras hujan turun,
semakin kuat petir memekik telinga,
semakin banyak pula air mata ketakutan ini mengalir.

aku yang tak pernah melihat terangnya kilat,
perlahan mataku terang.
seiring semakin meluapnya ketakutanku, penyesalanku, mata ini perlahan-lahan memperoleh cahaya,
sampai aku mampu melihat.
dan untuk yang pertama kalinya,,,,
lisan ini mengucap
"SUBHANANALLAH, WAL HAMDULILLAH, WA LA  ILAHAILLAH, ALLAHUAKBAR...."

1 komentar: