Senin, 26 November 2012

Persimpangan



Bagitu saja kau hadir di hadapanku
memberikan senyuman pertama yang tak pernah ku lupa.

Semakin, semakin, dan semakin sering ku dapati senyum itu setiap hari.
Semakin, semakin, dan semakin hari pula senyum itu bermakna di mataku,
memberikan getaran tersendiri di hatiku.
Tegur salam sapa yang kerap terjadi diantara kita,
menjadikan rasa yang telah lama bisu kini pandai berkata-kata.

Aku tahu dan aku paham  tak seharusnya rasa ini ku izinkan untuk ikut ambail bagian di hari kita,
tapi sugestiku tidaklah lebih kuat dari terpaan badai cinta yang menggulung hatiku.
Perlahan tapi pasti kau benar-benar telah mengambil hatiku.

Aku tahu jawaban yang akan kau berikan padaku
sebagaimana aku mengerti bahwa seharusnya tak sedikitpun rasa yang kurasa terasa di hatimu.
Tapi, bukan itu yang aku masalahkan.
Cukup siksaan yang kau berikan padaku
ketika harapan itu terpatahkan oleh kenyataan lain dari orang lain.
Akan banyak hati yang tersakiti, akan banyak air mata yang hendak mengalir,
dan banyak wajah tak bahagia yang kan tercipta.

Menjadi siksa yang tak terlihat,
namun amat menyakiti perasaan dalam hati ketika apa yang ku inginkan tak ku temui,
apa yang ku harap tak ku genggam,
apa yang ku cita tak bisa aku wujudkan.
Tuhan, aku tahu saat ini kau tengah cemburu padaku
lantaran di hatiku lebih banyak dia yang berkata.
Tuhan, aku tahu saat ini kau tengah mengujiku dengan siksaan macam ini.

Aku bimbang harus mengambil jalan mana,
tetap berdiri disini menahan siksa
atau melangkah maju melawan siksa tuk sampaikan cinta.
Bukan bimbang sebab takut atau pengecut, tapi apa yang terjadi setelah itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar