Dalam kesudahan yang membiru
memberikan bekas pada lukaku.
Berharap harapan
yang tak digenggam oleh tuhan.
Berangan-angan terbang dengan sayap yang
mengepak-ngepak lebar bagai elang di langit.
Merasa menginjak awan walau
sebetulnya tanah merah.
Dan kini baru ku mulai tersadar bahwa aku masih
berdiri, sendiri dalam sepi.
Semua mimpi dan harapan yang takkan pernah dilihat
oleh kepada siapa kita berharap.
Tak mengerti walau sebenarnya harap itu kian
jauh meninggalkan kita.
Harapan yang walau salah namun tetap memeluknya.
Bersama sang pemberi harap ku mulai bangkit.
Berusaha keras menggerakkan
kaki yang telah kaku karena berdiri.
Mulai berniat meraih hal yang jauh lebih
besar dari harapan yang telah ku gantungkan selama bertahun-tahun.
Dan aku tahu bahwa aku takkan pernah bisa meninggalkan harapanku itu.
Dia
yang dengan halus memberikan harapan yang indah.
Ku ukir kisah dan kasih
tentang harap yang baru.
Ku lukis panorama luar biasa dari harapan laluku ke
harapan baruku.
Tubuhku yang kini bagai sungai darah,
memberikan sepercik kekuatan yang
perlahan-lahan menjadi cahaya terang dalam hati yang kan membawaku pada sang
kholik nanti.
Nanti, disaat yang selalu ku rindukan meski ku tak tahu kapan
kerinduan ini kan terbayar.
Yang ku tahu, mulai saat ini sampai nanti,
ku kan
terus melangkah bersama sepercik kekuatan dalam hati yang lemah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar