Senin, 26 November 2012

BULETIN : Beginilah mereka menghancurkan kita, lalu bagaimana sikap kita…?!



Bismillahirrahmaanirrahiim,

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali.

Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham Bu Guru"
"Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.

Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pondasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau pondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…"

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan."

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang…"
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu."(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?
Sumber : Arrahmah.com/Muslimahzone.com -

Klarifikasi edisi 1 tanggal 12 dzulqa’idah
1. Tim redaksi bermaksud agar umat muslim khususnya warga Bumi Sanapati tidak terpengaruh oleh isu umat atas beredarnya film “The Innocence Of Muslims” yang melecehkan Nabi Muhammad SAW. Banyaknya demo anarki yang dilakukan muslim seluruh dunia atas penolakan film tersebut memang sangat meresahkan. Kami banyak mencantumkan aksi-aksi demo tersebut supaya kita semua tau dan paham akibat buruk dari demo anarki tersebut. Agar kita bisa menilai dan berkaca bahwa demo anarki bukan solusi dan bahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Parahnya lagi, berbagai aksi demo anarki itu hanya akan meruntuhkan martabat muslim di mata dunia. Sebagai muslim yang berakidah, sebaiknya kita melakukan penolakan dengan cara yang syar’i. Ditambah lagi, akibat demo tersebut sudah memakan koraban jiwa, menimbulkan kerusakan infrastruktur yang merugikan pihak tak bersalah.
Pada kenyataannya, kita umat islam memang harus punya taring, dalam artian ketika identitas kita dilecehkan, kita tidak hanya tinggal diam dan menerima tanpa melakukan apa-apa. Sekalipun mereka bertindak anarki, tetap saja mereka saudara seiman dan seislam. Tidak bisa dipungkiri bahwa Islam juga membutuhkan mereka sebab, merekalah yang selama ini peka dan tangkas menanggapi isu, ejekan, dan hinaan kepada Agama Rahmatan lil alamin ini.
Berkaitan dengan film ini, terlepas ada Amerika atau tidak dibelakangnya alangkah baiknya jika kita umat islam bersatu padu menguatkan barisan untuk menyongsong masa selanjutnya yang lebih berat. Jangan mudah bercerai berai dan diadu domba. Sungguh
kebajikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan baik. (Red.)
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (Al-Imran : 103)
2. Meninggalnya Dubes AS untuk Libya
Dari beberapa sumber yang redaksi dapatkan dari majalah Kompas (disadur dari siaran televise Al Jazeera) dikatakan bahwa Dubes AS tersebut meninggal karena dbunuh oleh loyalis mantan pemimpin Libya, Moammar Khadafi. Namun masih dalam sumber yang sama di Libya pun masih terdapat kesimpang siuran atas meniggalnya Dubes AS tersebut karena dalam waku yang sama ratusan massa juga menyerang gedung Kedubes AS atas protes film The Innocence of Muslims.
Sumber lain yang menyatakan meninggalnya dubes AS akibat amukan massa atas protes film tersebut adalah :
Thina-holmes.blogspot.com

dimuat dalam buletin sekolah tinggi sandi negara edisi 2 : 19 Dzulqa'idah 1432 H 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar