Sabtu, 08 Februari 2014

Satu artikel menyambut pagi:”nasihat bersanding teladan”




Sesuai janjiku pada diri sendiri, aku akan menulis satu artikel setiap hari. Kesempatan kali ini ada satu hal penting yang hendak aku bagikan kepada kalian semua, kawan-kawanku. Ada kalimat bijak yang berbunyi “satu teladan lebih baik dari pada 1000 nasihat.” 

Sobat, pada tulisanku sebelumnya aku pernah menyampaikan bahwa tempatku kuliah menerapkan sistem berasrama. Semua mahasiswa tingkat akhir sampai mahasiswa yang baru masuk hidup di bawah atas yang sama. Mungkin kalian tahu kalau ditempat kuliah semacam ini terkenal dengan istilah “senioritas”. Aku tidak tahu persepsi apa yang muncul di kepala kalian ketika mendengar kata itu. Tapi bagiku, menjalani kehidupan seperti ini, banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik.

Aku teringat dua tahun lalu, ketika aku menjadi mahasiswa baru di kampus ini. aku memiliki kakak kelas alias “senior” yang waktu itu beliau sendiri adalah mahasiswa tingkat tiga (tahun ketiga), tepatnya semester 5. Namanya Qusyairi Ridho Syaiful Fitni, akrab dipanggil Bang Ridho. Aku berdoa, mudah-mudahan dia membaca tulisanku ini. Tidak seperti kebanyakan seniorku yang lain, kakak kelasku yang satu ini tidak banyak bicara. Tapi, sekali dia bicara aku sangat patuh terhadap apa yang dia katakan kepadaku. Sedangkan banyak senior-senior lain yang getol sekali memarahi, menghukum, menasehati junior-juniornya, tapi tak juga dipatuhi. Mungkin kalian bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi.

Jawabannya ada pada paragraf pertama, kami butuh teladan atau contoh bukan hanya sekedar nasehat belaka. Ketahuilah kawan, jika kata-kata kita mau didengar dan diikuti oleh orang lain caranya sangat mudah. Lakukan dulu hal tersebut, baru kita sampaikan kepada orang lain. niscaya orang yang kita nasehati akan menuruti kata-kata kita.

Seniorku yang satu ini hanya melakukan hal yang sederhana. Dia selalu membalas sapaan dari junior-juniornya, bahkan seringkali dia mengajak juniornya bersalaman atau berjabat tangan lebih dulu ketika bertemu. Di kampus, kami dibiasakan supaya junior atau yang lebih muda, selalu menyapa yang senior atau yang lebih tua setiap kali berpapasan di jalan. Perlakuan senior seperti ini membuat juniornya merasa dihargai. “dihargai”, itulah penyebab mengapa kami sangat menghargai dan hormat kepadanya. Sebagian senior berpandangan bahwa supaya dihormati dan dihargai, seorang senior harus tampak sempurna dan bebas dari cacat sekecil apapun. Akibatnya, kebanyakan dari mereka menjadi tinggi hati dan sangat rajin memberikan nasihat kepada junior-juniornya supaya nampak perfect dan berwibawa. Padahal, cukup dengan memberi contoh dan menghargai orang lain, itu sudah cukup membuat kita dihargai dan dihormati oleh orang lain.

Nabi Muhammad SAW menjadikan dirinya sebagai teladan utama dari ajaran yang dibawanya, yakni agama islam. Karena itulah agama islam tersebar luas dan pernah meliputi 2/3 dunia. Di dalam kitab suci Al-Qur’an jelas disebutkan bahwa Muhammad adalah teladan yang terbaik untuk kita tiru. Tidak hanya itu, banyak sekali potongan kisah-kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya kisah Nabi Muhammad SAW dengan seorang nenek pengemis buta yang beragama yahudi. Jika kalian belum tahu kisahnya, silahkan searching di internet.

Sobat, kamarin sore aku menyampaikan satu materi kajian keislaman kepada mahasiswa muslim di kampusku. Aku merasa sangat bahagia karena bisa berbagi inspirasi dan motivasi kepada mereka. Tapi, bersamaan dengan itu, aku juga merasa sangat bertanggung jawab atas diriku sendiri karena mau tidak mau, suka atau tidak suka, aku harus melakukan apa yang sudah aku bagikan kepada mereka. Begitu juga dengan kalian sobat, mari kita belajar memberikan teladan. Bukan hanya untaian kata-kata manis belaka. Jika kita melakukan apa yang kita katakan, hal itu merupakan bukti bahwa kita memiliki “integritas diri” yang tinggi, sehingga kita dihargai dan dihormati oleh orang lain.

Sobat, dari tulisanku di atas, ada dua pelajaran penting yang bisa kita petik. Pertama, teladan jauh lebih berguna dari pada segudang nasihat. Kedua, hargailah orang lain jika kalian ingin dihargai dan hormatilah orang lain, jika kalian ingin dihormati.

Kamar L.107. 7 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar