Sobat, ada pelajaran
yang harus aku sampaikan pada kalian lewat tulisan ini. hal ini tentang
keberadaan kita diantara keberadaan orang lain diantara kita. Jangan pernah
kita berpikir bahwa “hidup kita adalah tanggung jawab kita sendiri, oleh karena
itu apapun akibatnya akan kita tanggung sendiri.” Sebagain isi kalimat itu
memang benar. Hidup kita adalah tanggung jawab kita sendiri, tapi akibat dari
tindakan kita akan dirasakan oleh orang lain juga.
Aku memiliki satu teman
kuliah yang cerdas. Kemampuan otaknya brilian. Sekali membaca satu materi ia
akan langsung paham. Berbeda denganku. Aku harus membaca berulang-ulang baru
mengerti. Atau mungkin harus minta penjelasan lebih kepada dosen atau temanku
yang lain. Tapi, temanku yang satu ini seringkali berpikir dan bertindak egois.
Harus aku ceritakan
dulu bahwa diperguruan tinggi tempatku kuliah ini seluruh mahasiswanya
diasramakan. Semua kegiatan harian sudah terjadwal dan tidak boleh ada yang
terlambat. Masing-masing dari kami berkewajiban untuk mematuhi aturan yang ada
dan wajib mengingatkan teman-teman yang lain baik itu masalah kuliah di kelas,
mengerjakan tugas, ataupun jadwal kegiatan sehari-hari lainnya.
Temanku yang satu ini,
masa bodoh dengan aturan yang ada. Dia bertindak semaunya. Aku dan
teman-temanku yang lain sudah berkali-kali mengingatkan. Tapi, sama sekali
tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik. Tahun ini adalah tahun ke empat.
Namun, lamanya waktu tidak juga mengubah sifatnya. Hingga pada suatu hari,
temanku ini untuk yang kesekian kalinya terlambat waktu makan pagi. Alasannya
klasik dan berkali-kali begitu, “ketiduran”. Akibatnya, bukan hanya dia yang
dikenai hukuman, tapi temanku yang saat itu bertugas untuk membangunkan
teman-teman yang lain juga kena imbasnya. Perbuatan satu orang, imbasanya
kepada yang lain.
Sobat, setiap kali aku
ataupun yang lain mengingatkannya supaya jangan mengulangi perbuatannya itu, ia
selalu berkata seperti ini, “ya udah sih,
gak usah ngurusin gue. Iya gue tau gue salah. Toh, gue juga yang dihukum. Lagi
pula, yang lain juga banyak yang terlambat! Bukan gue doang kok!” begitu
katanya. Nyaris kalimat itu yang keluar setiap kali ia diingatkan.
Sobat, barangkali
hal ini sering terjadi pada kita. Atau mungkin kita pernah melakukannya kepada
teman kita yang baik hati, perduli dan mau mengingatkan kita. Janganlah kita
lukai hatinya dengan kalimat seperti itu. Jika kalimat seperti itu
terlontar, maka jangan heran kalau tidak ada lagi orang lain yang mau
mengingatkan kita. Kalau sudah tidak ada lagi orang yang mau mengingatkan kita
ketika kita salah, dari mana kita tahu letak kesalahan kita. Jika sudah
demikian, bagaimana kita bisa memperbaiki diri kita sendiri.
Sobat, mari kita
bayangkan. Seandainya, kita mengingatkan seorang teman yang salah. Kita, dengan
niat yang tulus dan ikhlas untuk perduli kepada teman kita yang berbuat salah.
Tapi, ketika kita mengingatkannya baik-baik, kalimat seperti itu yang kita
terima. Tidakkah kita sakit hati dibuatnya? Oleh karena itu sobat, Mari
kita hargai orang lain. Sadarilah bahwa saat ada orang lain yang mengingatkan
ketika kita salah, bukan berarti kita buruk dan yang mengingatkan lebih baik
dari kita. Tapi, coba lihatlah betapa mereka perduli kepada kita. Renungilah
bahwa mereka ingin kita menjadi lebih baik bahkan lebih baik dari dirinya.
Sobat, bukankah
tidak ada ruginya, jika ketika kita salah, lalu diingatkan oleh orang lain,
maka kita dengarkan nasihat itu. Meskipun kita tahu, yang menasihati kita itu
tidak lebih baik dari kita. Jika kita dengarkan nasihatnya dan itu baik, lalu
kita praktekkan, maka kita akan menjadi manusia yang lebih baik tentunya. Tapi,
jika kita acuhkan dia, maka ada dua kerugian yang secara otomatis kita dapatkan.
Pertama, kita tidak akan pernah berubah menjadi lebih baik sampai kapanpun. Kedua,
kita sudah menyakiti hati orang lain yang perduli kepada kita. Dan mungkin
saja, setelah itu dia tidak lagi perduli dengan kita. Itu artinya kita
kehilangan satu orang teman.
Maka dari itu, jangan
pernah kita berpikir dan bertindak egois, karena apapun yang kita lakukan,
selalu ada orang lain disekitar kita yang akan kena imbasnya.
Kamar L.107. Selasa, 4
Februaru 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar