Senin, 26 November 2012

BULETIN Idul Adha, Menjadi Muslim “Kaya” dalam Sehari


Bismillahirrahmaanirrahiim

Umur yang kita miliki adalah amanah dari Allah SWT. Inilah amanah dan sekaligus modal utama untuk beramal shalih. Pernahkah Anda menghitung umur dan mengetahui dimanakah kita paling banyak menghabiskan umur? Sadarkah kita, bahwa umur yang telah diamanahkan ini kita habiskan di tiga tempat, yaitu masa kecil, tempat tidur dan tempat kerja.
Mari kitu menghitung umur yang dihabiskan di tiga tempat ini. Jika Allah memberikan kita umur 63 tahun sesuai umur Nabi Muhammad SAW, dengan asumsi tidur 8 jam sehari, kerja 8 jam sehari, serta usia yang dihabiskan di masa kecil :
Masa kecil 0-20 tahun
20 tahun dihabiskan masa kecil
Tidur 8 jam sehari
20 tahun di tempat tidur
Kerja 8 jam per hari
20 tahun dihabiskan masa kerja
Berarti 60 tahun kita akan habis di tiga tempat itu. Sekarang umur yang tersisa hanya tiga tahun. Pertanyaannya apakah semua umur kita ini digunakan untuk ibadah?
Marilah kita menghitung waktu yang kita habiskan untuk ibadah terutama shalat. Rata-rata kaum muslimin shalat dengan satu waktu shalat hanya berkisar lima sampai sepuluh menit saja. Kita ambil asumsi, bahwa kita wajib shalat lima waktu, satu waktu shalat 10 menit, berarti 10 x 5 kali = 50 menit, serta ditambah persiapannya 10 menit. Maka dalam sehari waktu yang kita gunakan untuk shalat adalah satu jam. Allah memberikan manusia waktu 24 jam sehari, lalu kemanakah yang 23 jam lagi?
Tanyakan pada diri kita sendiri, manakah yang lebih lama makan atau shalat ? ngerumpi, main game, atau nonton televisi? ternyata banyak umur yang kita sia-siakan tanpa menghasilkan nilai pahala di sisi Allah SWT. Ingatlah, bahwa kalimat apa yang akan kita ucapkan saat detik-detik sakaratul maut sangat tergantung dari perbuatan dan ucapan yang paling sering kita lakukan seumur hidup. Jadi, berhati-hatilah memilih kebiasaan dan ucapan sehari-hari!

Tiga Langkah Meraih Umur Berkah, Pahala Berlimpah dan Wafat Husnul Khatimah

Langkah 1 : Mengubah rutinitas harian menjadi ibadah
Aktivitas kita sehari-hari pada dasarnya adalah kegiatan yang mubah alias boleh. Namun, akan bernilai ibadah jikalau semua aktivitas tersebut kita lakukan dengan niat karena Allah dan melakukannya sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW. Seperti,
- Tidur dalam keadaan suci (sudah berwudhu)
- Berniat bangun malam
- Berdoa sebelum tidur, dll

Langkah 2 : Memilih amalan ringan berpahala besar
Nabi tidak menyuruh kita untuk melakukan ibadah sebagaimana yang ia lakukan. Namun, bukan berarti kita bisa melegalkan untuk beramal sekedarnya saja, sungguh tidak demikian. Cara yang paling
mungkin kita lakukan adalah melakukan ibadah yang ringan namun dijanjikan balasan yang besar oleh Allah SWT. Amalan-amalan ini memang terlihat kecil, namun apabila dilakukan berkesinambungan dan konsekuen, maka akan bernilai besar di sisi Allah. Nabi mengatakan bahwa, Allah menyukai amalan yang ringan namun dilakukan terus menerus (istiqomah) dari pada amalan yang secara kuantitas banyak tapi sifatnya sementara alias angot-angotan. Berikut beberapa amalan ringan yang bisa kita dawamkan sehari-hari:
-  Menjaga shalat berjamaah lima waktu di masjid
*Shalat sendirian = 1 derajat x 5 waktu x 365 hari = 1.825 pahala
*Shalat berjamaah = 27 derajat x 5 waktu x 365 hari = 49.275 pahala.
Jika kita bagi 49.275 : 1.825 = 27. Apa makananya ? Ketahuilah bahwa orang yang shalat berjamaah selama satu tahun, sama artinya melipatkgandakan nilai kebaikannya seperti orang yang beribadah selama 27 tahun. Dan orang yang shalat sendirian, butuh waktu 27 tahun untuk menyamai pahala orang yang shalat berjamaah selama satu tahun!
- Berdoa agar didoakan oleh para malaikat sekaligus berteman dengan mereka
- Meraih jaminan husnul khatimah dengan menjaga shalat berjamaah
-  Meraih umur berkah dengan shalat berjamaah
- Meraih jaminan diharamkan masuk neraka
- Membasahi lidah dengan zikir terbaik setelah Alquran
- Meraih pahala puasa dan shalat malam selama 100 tahun setiap jumat

Langkah 3 : Memperbanyak amal shalih yang pahalnya terus mengalir setelah mati
Para pembaca yang budiman, layaknya seorang investor, hal ini juga yang bisa lakukan. Melakukan satu amalan satu waktu namun pahalanya terus-menerus masuk ketabungan kita. Bukankah itu yang kita inginkan. Maka mulailah melakukan amalan-amalan berikut:
- Amal shalih yang bermanfaat bagi mayyit yang diusahakan sendiri
- Shadaqah jariyah
- Ilmu yang bermanfaat
- Anak shalih yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.
Itulah beberapa amalan yang bisa membuat kita kaya di mata Allah SWT. Mungkin sangat terlihat matematis atau terkesan hitung-hitungan, bukan laksud kami mengajarkan yang demikian kepada para jama’ah karena pada dasarnya semua ibadah dinilai tergantung pada keikhlasan kita yang melaksanakannya, urusan seberapa besar pahala yang diberikan oleh Allah SWT itu terserah padanya. Namun, hal ini diharapkan bisa menjadi pemicu untuk memotivasi kita dalam melaksanakan ibadah. Karena sesungguhnya manusia lebih mudah meyakinisuatu hal apabila hal itu dapat dirasakan oleh panca indra.
Sekali lagi, kami berharap bacaan yang sedikit ini dapat membantu para jama’ah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kulitas dan kuantitas ibadah dan dapat istiqomah dalam menjalankannya. Wallahhu’alam…

Sumber :Kajian ustadz Fatahullah Abu Nida yang dipublikasikan melalui majalah “Aulia” dengan penambahan dan pengurangn oleh redaktur.
dimuat dalam buletin sekolah tinggi sandi negara, edisi 6: 24 Dzulhijjah 1433 H  

BULETIN : Idul Adha, Sumpah Pemuda dan Musuh Bersama


 Bismillahirrahmaanirrahiim

Tahun ini menjadi tahun spesial bagi umat muslim di Indonesia. Mengapa? Beberapa bulan lalu kita merayakan idul fitri yang hampir bersamaan dengan peringatan kemerdekaan RI, dan kali ini kita merayakan idul adha atau hari raya kurban yang jaraknya pun berdekatan dengan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober.

Renungan yang relevan patut dikemukakan tentang misi dan pesan yang dibawa oleh perayaan Idul Adha dan Sumpah Pemuda. Jika Islam -perayaan idul Adha- mengusung rahmatan lil alamin (kedamaian bagi seluruh alam) maka sumpah pemuda mengusung semangat kebersatuan dan kebangkitan pemuda Indonesia sebagaimana yang dikumandangkan dalam diktum sumpah pemuda, bernegara satu,berbahasa satu dan bertanah air satu Indonesia.

Seperti yang kita ketahui, pada satu dekade terakhir, banyaknya aksi kekerasan dan terorisme terjadi di saat peringatan hari-hari besar keagamaan. Hal ini tentu mengusik
kedamaian kita. Pertanyaannya, apakah momen idul adha yang berdekatan dengan peringatan sumpah pemuda ini mampu mencegah tindakan tersebut ?

Berpijak dari permasalahan diatas momen kedekatan Idul Adha dan peringatan hari sumpah pemuda ini memepunyai relevansi untuk mengimplementasikan serta mengejawantahkan misi, pesan-pesan perdamaian dari keduanya. Idul Adha yang berdimensi vertikal dengan tujuan Taqarrub kepada Tuhan dengan berkurban, juga mempunyai dimensi horizontal yang termanifestasi dengan pembagian daging hewan sembelihan kepada orang-orang miskin. Hal itu mengingatkan kepada kita akan pentingnya kebersamaan, dan indahnya berbagi dengan sesama.

Di lain pihak, sumpah pemuda mengingatkan kita akan jiwa nasioinalisme dan pentingnya kesatuan serta semangat untuk maju dalam memerangi segala usaha yang merongrong negara kesatuan republik indonesia ini.

Betapapun nasionalisme anak muda hari ini patut kita kaji, kita pertanyakan bahkan kita curigai kalau diperlukan. Mengapa? Karena ibarat tanaman, nasionalisme kita hari ini dihinggapi oleh sekian banyak insektisida dan juga penyakit gulma. Misalnya, derasnya budaya asing korea yang membuat anak
muda kita gagap bahkan galau dalam mendefinisikan nasionalismenya sendiri, selain itu bahasa anak muda kita hari ini juga menghawatirkan, bahasa baku indonesia hampir punah diembargo oleh bahasa alay yang “seksi” bagi sebagian banyak generasi muda kita.

Maka outputnya, tatkala beberapa tahun lalu Sabrang Mowo Damar  Panoloeh (200) memodifikasi sumpah pemuda dengan menambahi kata “sudah” yang menjadi sudah bertanah air satu, sudah bernegara satu dan sudah berbahasa satu yakni indonesia maka betapa tidak bisa kita bayangkan generasi muda kita hari ini ketika membaca sumpah pemuda serta merta mereka memodifikasinya sendiri  sesuai selera.

Bahasanya menjadi, kami  putra putri indonesia mengaku bertanah air satu tanah air indonesia, kami putra putri indonesia mengaku bernegara satu negara indonesia, kami putra putri indonesia mengaku berbahasa satu berbahasa indonesia, “bahasa indonesia saja atau bahasa indonesia banget?” Lalu dari seberang lamat-lamat terdengar “terus gue harus koprol sambil bilang wew gitu?” Sungguh itu tantangan besar bagi kita semua karena jika hal ini kita biarkan maka tak mustahil nasionalisme kita esok akan terkikis habis tanpa sisa. Kaitannya dengan urgensi kebersamaan dan kesatuan ini mohammad sobari (2008) berpendapat bahwa, umat beragama di Indonesia harus berani serta sepakat untuk menentukan musuh bersama yang harus diperangi, dalam hal ini musuh kita bersama adalah kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan dan juga penjajahan budaya. Untuk itu marilah kita bersama memerangi keempat-empatnya dengan semangat kebersamaan yang tercermin dalam Idul Adha dan semangat nasionalisme yang tercermin dalam sumpah pemuda. Dengan idul adha kita merenungi khazanah dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT sementara dalam sumpah pemuda kita belajar memerangi gejala nasionalisme yang fluktuatif dan cenderung terkikis. Wallahu a’lam.
Oleh : Fariz Alniezar (Peneliti di Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta BergeSenin, 29 Oktober 2012 12:21 WIB
 dimuat dalam buletin Sekolah Tinggi Sandi Negara, edisi 5 : 17 Dzulhijjah 1433 H  

BULETIN : Kenapa Kita Harus Berhaji dan Berqurban ?


Bismillahirrahmaanirrahiim


"Sesungguhnya rumah beribadah yang mula-mula dibangun untuk manusia ialah Baitullah yang (terletak) di Bakkah (Mekkah), yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata (diantaranya) maqam Ibrahim. Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu), menjadi amanlah dia. Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup melakukan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban berhaji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam." (QS. Ali Imran III: 96-97).


Begitu mulianya ibadah haji, Alquran dan sunnah memuat banyak sekali keutamaan bagi setiap muslim yang melaksanakan ibadah haji tersebut.

1.  Haji merupakan amalan yang paling afdhal.

“Nabi SAW ditanya, “Amalan apa yang paling afdhal?” Beliau SAW

 menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” SAW, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawabnya.” (HR. Bukhari no. 1519)


2. Jika ibadah haji tidak bercampur dengan dosa (syirik dan maksiat), maka balasannya adalah surga

 “Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349). An Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud, ‘tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga’, bahwasanya haji mabrur tidak cukup jika pelakunya dihapuskan sebagian kesalahannya. Bahkan ia memang pantas untuk masuk surga.” (Syarh Shahih Muslim, 9/119)


3.Haji termasuk jihad fii sabilillah (jihad di jalan Allah)

“Wahai Rasulullah, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama adalah haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1520)


4.Haji menghapuskan kesalahaan dan dosa-dosa

“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).


5. Haji akan menghilangkan kefakiran dan dosa. 

“Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas, dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (HR. An Nasai no. 2631, Tirmidzi no. 810, Ahmad 1/387. Kata Syaikh Al Albani hadits ini hasan shahih)


6. Orang yang berhaji adalah tamu Allah

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang berhaji serta berumroh adalah tamu-tamu Allah. Allah memanggil mereka, mereka pun memenuhi panggilan. Oleh karena itu, jika mereka meminta kepada Allah pasti akan Allah beri” (HR. Ibnu Majah no 2893. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Begitulah luar biasanya pahala yang diberikan Allah SWT bagi orang yang melaksanakan haji. Haji merupakan suatu ibadah yang mngkin tida bias dirasakan oleh seluruh muslim dunia. Tapi bukan berarti tidak ada ibadah lain yang bisa dikerjakan. Selain ibadah haji, pada bulan agung dzulhijjah dilaksanakan  ibadah qurban.


Pengertian qurban secara terminologi syara' tidak ada perbedaan, yaitu hewan yang khusus disembelih pada saat Hari Raya Qurban ('Idul Al-Adha 10 Dzul Hijjah) dan hari-hari tasyriq (11,12, dan 13 Dzul Hijjah) sebagai upaya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Dalam Islam qurban disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Saat itu Rasulullah keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat 'Idul Adha dan membaca khutbah `Id. Setelah itu beliau berqurban dua ekor kambing yang bertanduk dan berbulu putih.


Allah SWT berfirman, "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah" (QS Al-Kautsar: 1-2). Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah shalat hari `Idul Adha, sedangkan yang dimaksud dengan menyembelih adalah menyembelih hewan qurban.

Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), "Perbesarlah qurban-qurban kalian, sebab qurban itu akan menjadi kendaraan-kendaraan dalam melewati jembatan AshShirat menuju surga" (HR Ibnu Rif'ah).

Lalu apa hikmah yang bisa kita ambil dari qurban adalah?


Pertama, untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim dengan digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang ditebus dengan seekor kambing dari surga.

 Kedua, untuk membagi-bagikan rizqi yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia saat Hari Raya 'Idul Adha, yang memang menjadi hari membahagiakan bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang lainnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw (artinya): "Hari Raya Qurban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah" (HR. Muslim)

Ketiga, untuk memperbanyak rizqi bagi orang yang berqurban, karena setiap hamba yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan balasan berlipat ganda.

http://madinatulilmi.com 

dimuat dalam buletin Sekolah Tinggi Sandi Negara, edisi 4 : 2 Dzulhijjah 1433 H

BULETIN : Beginilah mereka menghancurkan kita, lalu bagaimana sikap kita…?!



Bismillahirrahmaanirrahiim,

Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari'at Islam. Ibu Guru berkata, "Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus.

Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!" Murid pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat.

Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!". Dan permainan diulang kembali.

Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya.

"Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."

"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham Bu Guru"
"Baik permainan kedua," Ibu Guru melanjutkan. "Bu Guru ada Qur'an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu "dijaga" sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet.

Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur'an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?" Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil.

Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur'an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.

"Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pondasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau pondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…"

"Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari'at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan."

"Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?" tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo'a dahulu sebelum pulang…"
Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya.
***
Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya:
"Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu."(QS. At Taubah :32).
Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa.
Begitulah sikap musuh-musuh Islam. Lalu, bagaimana sikap kita…?
Sumber : Arrahmah.com/Muslimahzone.com -

Klarifikasi edisi 1 tanggal 12 dzulqa’idah
1. Tim redaksi bermaksud agar umat muslim khususnya warga Bumi Sanapati tidak terpengaruh oleh isu umat atas beredarnya film “The Innocence Of Muslims” yang melecehkan Nabi Muhammad SAW. Banyaknya demo anarki yang dilakukan muslim seluruh dunia atas penolakan film tersebut memang sangat meresahkan. Kami banyak mencantumkan aksi-aksi demo tersebut supaya kita semua tau dan paham akibat buruk dari demo anarki tersebut. Agar kita bisa menilai dan berkaca bahwa demo anarki bukan solusi dan bahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Parahnya lagi, berbagai aksi demo anarki itu hanya akan meruntuhkan martabat muslim di mata dunia. Sebagai muslim yang berakidah, sebaiknya kita melakukan penolakan dengan cara yang syar’i. Ditambah lagi, akibat demo tersebut sudah memakan koraban jiwa, menimbulkan kerusakan infrastruktur yang merugikan pihak tak bersalah.
Pada kenyataannya, kita umat islam memang harus punya taring, dalam artian ketika identitas kita dilecehkan, kita tidak hanya tinggal diam dan menerima tanpa melakukan apa-apa. Sekalipun mereka bertindak anarki, tetap saja mereka saudara seiman dan seislam. Tidak bisa dipungkiri bahwa Islam juga membutuhkan mereka sebab, merekalah yang selama ini peka dan tangkas menanggapi isu, ejekan, dan hinaan kepada Agama Rahmatan lil alamin ini.
Berkaitan dengan film ini, terlepas ada Amerika atau tidak dibelakangnya alangkah baiknya jika kita umat islam bersatu padu menguatkan barisan untuk menyongsong masa selanjutnya yang lebih berat. Jangan mudah bercerai berai dan diadu domba. Sungguh
kebajikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan baik. (Red.)
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…” (Al-Imran : 103)
2. Meninggalnya Dubes AS untuk Libya
Dari beberapa sumber yang redaksi dapatkan dari majalah Kompas (disadur dari siaran televise Al Jazeera) dikatakan bahwa Dubes AS tersebut meninggal karena dbunuh oleh loyalis mantan pemimpin Libya, Moammar Khadafi. Namun masih dalam sumber yang sama di Libya pun masih terdapat kesimpang siuran atas meniggalnya Dubes AS tersebut karena dalam waku yang sama ratusan massa juga menyerang gedung Kedubes AS atas protes film The Innocence of Muslims.
Sumber lain yang menyatakan meninggalnya dubes AS akibat amukan massa atas protes film tersebut adalah :
Thina-holmes.blogspot.com

dimuat dalam buletin sekolah tinggi sandi negara edisi 2 : 19 Dzulqa'idah 1432 H